PARAGRAF DAN MENGARANG

1.      Paragraf
Paragraf adalah kumpulan dari kalimat-kalimat yang mendukung satu gagasan utama. Dalam satu paragraf yang baik mestinya hanya memiliki satu kalimat utama ditambah kalimat-kalimat penjelas yang jumlahnya tidak dibatasi. Paragraf yang baik juga mensyaratkan adanya kohesi dan koherensi.
Kohesi : bahwa kalimat-kalimat dalam satu paragraf haruslah berisi satu warna dan satu gagasan pokok.
Koherensi : bahwa antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain haruslah nyambung dan padu sehingga saling melengkapi dan saling memperjelas / mendukung sebuah konsep yang ingin disampaikan.

1.1.Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya, Paragraf Di bedakan Menjadi:
1.1.1.      Paragraf Induktif : adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di bagian akhir.
Contoh:
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan tanahnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika panen di desa ini selalu gagal.
1.1.2.      Paragraf Deduktif : adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di bagian awal.
Contoh:
Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara menghemat pemakaian listrik. Cara penghematan tersebut dapat dilakukan dengan mengatur pemakaian. Misalnya, menyalakan lampu hanya pada ruang tertentu, artinya jika ruang tersebut tidak dipakai listrik dapat dipadamkan. Menyeterika cukup tiga hari sekali. Begitu pula menyalakan pompa air cukup dua kali sehari.

1.2.      Berdasarkan isinya paragraf dapat dibedakan menjadi:
1.2.1.      Narasi
Narasi adalah paragraf yang isinya menceritakan suatu hal / kejadian. Karena bersifat menceritakan, maka biasanya disusun secara kronologis (berdasarkan urutan waktu).
Contoh:
Pada hari Minggu saya bersama keluarga pergi ke Taman Mini Indonesia Indah. Sehabis sholat subuh kami mulai berkemas-kemas. Ibu membuat nasi goreng istimewa untuk sarapan pagi. Kira-kira jam tujuh pagi kami sekeluarga berjumlah delapan orang berangkat dari rumah kami di Tanjung Duren. Di sepanjang perjalanan, adik kami Rita, dan Dhimas tak henti-hentinya bernyanyi dan bercanda ria. Setelah menjelajahi berbagai anjungan yang ada, kami sekeluarga semakin terkesan dengan panorama miniatur nusantara ini.

1.2.2.      Deskripsi
Deskripsi adalah paragraf yang isinya melukiskan sesuatu berdasarkan pengamatan panca indera sehingga pembaca seolah-olah merasa melihat, mendengar, dan merasakannya sendiri tentang suatu tempat, kejadian, dan peristiwa yang dimaksud oleh penulisnya.
Contoh:
Sisa gerimis sore tadi masih menyisakan butiran-butiran mutiara kecil di ranting-ranting kurus bunga-bunga angsoka. Lembayung senja masih membiaskan cahaya tipis yang melontarkan warna-warni jingga, manakala menerpa butiran-butiran sisa gerimis. Danau Kintamani yang terpancang di punggung Bukit Batur itu seolah merupakan suaka alam bagi suku Trunyan yang memang rentan terhadap modernisasi. Sementara di sana-sini beberapa anak kecil menjajakan cindera mata, membantu mengais rejeki untuk tambahan beaya sekolah mereka.

1.2.3.      Eksposisi
Esposisi adalah paragraf yang isinya menjelaskan tentang sesuatu sehingga pembaca yang tadinya tidak tahu menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi paragraf ini sifatnya informatif.
Contoh:
Jalak Bali merupakan satwa eksotis yang keberadaannya sangat dilindungi. Jenis burung yang hampir punah ini sekarang sudah berhasil dikembangbiakkan. Dengan ijin dari Departemen Pertanian, seorang peternak dari Solo bisa membudidayakan bahkan sampai ribuan ekor. Keberhasilan ini diikuti oleh puluhan bahkan ratusan penangkar lain dari seantero tanah air. Dengan demikian keberadaan satwa ini sudah tidak mengkhawatirkan lagi. Dan kabar baiknya bagi pecinta burung, jalak bali sekarang sudah bisa dikomersiilkan lagi.

1.2.4.      Argumentasi
Argumentasi adalah paragraf yang isinya berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diungkapkan oleh penulisnya. Cara meyakinkan ini biasanya dilengkapi dengan data, fakta, contoh yang konkret serta pola penalaran yang rasional.


Contoh:
Rokok sangat merugikan kesehatan. Kebiasaan buruk ini ternyata bisa meracuni diri sendiri, keluarga, dan orang lain di sekitarnya. Selain racun nikotin, tar, dan mono oksida masih ada ribuan zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Tak heran bila ada penelitian yang menyimpulkan bahwa satu batang rokok akan mengurangi satu menit nyawa pengisapnya. Itulah maka Pemerintah Daerah DKI memberlakukan Perda larangan merokok di tempat umum.

1.2.5.      Persuasi
Persuasi adalah paragraf yang isinya berusaha membujuk pembaca sehingga melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki penulisnya. Semua iklan dan poster pastilah bersifat persuasif.

Contoh:
Jakarta sangat rawan terhadap peredaran narkoba. Kota metropolitan yang kian sumpek ini makin dijejali dengan masalah sosial antara lain peredaran narkoba. Baik shabu-shabu, putau, ekstasi, atau yang lainnya sangat merusak generasi suatu bangsa. Orang jadi lupa diri, penuh dengan kecemasan, malas, dan tidak mampu berpikir logis. Anda tidak ingin menjadi korban, jangan coba-coba mendekatinya.

2.            Karangan
Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentangsuatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alenia.
Mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat, dan alenia yang dipadukan dengan topic dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa karangan bunga). Dalam hal merangkai bunga sang perangkai harus menguasai latar, kombinasi warna dan asesori. Semua ini harus disesuaikan dengan jenis bunga yang akan dirangkai dan model yang dikehendaki. Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh perangkai bunga dilakukan pula oleh penulis karangan dengan bahan baku utama berupa kalimat dan alenia. Apa yang diuraikan di atas baik dalam hal merangkai bunga maupun “merangkai” karangan pada prinsipnya adalah mengatur komposisi yang seimbang dalam membangun ide atau gagasan tertentu.


Dalam praktiknya, kegiatan mengarang terbagi atas dua golongan besar, yaitu
(1) mengarang fiksi atau rekaan, dan
(2) mengarang non fiksi.
Kenyatan menunjukkan bahwa untuk menulis karangan nonfiksi factor bakat tidaklah dominant seperti halnya menulis karangan fiksi. Keahlian menulis karangan nonfiksi dapat dipelajari seperti halnya seseorang belajar bermain catur, bernyanyi, menggambar, atau keterampilan lainnya sampai taraf tertentu. Faktor terpenting bagi penulis karangan nonfiksi adalah sikap rasional dan daya intelektual didukung oleh pengetahuan tentang ilmu karang-mengarang, yaitu komposisi.

2.1.Tipe Karangan
Untuk menyajikan suatu topic, seorang penulis akan menggunakan cara atau teknik tertentu yang disesuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya. Dengan kata lain terdapat beberapa tipe karangan berdasarkan cara pengungkapan dan tujuan penulis. Jika seseorang hendak menyampaikan suatu informasi berupa berita, misalnya ia akan menggunakan bentuk karangan tertentu, dan bentuk itu akan berbeda jika ia hendak menyempaikan suatu himbauan yang bersifat menggugah perasaan atau emosi.
Berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya, tipe karangan ada lima yaitu:
2.1.1.      Karangan deskripsi (pelukisan)
Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerjanya to describe (melukiskan dengan bahasa). Seorang guru anatomi menerangkan bagian-bagian tubuh manusia kepada siswa-siswanya sehingga dalam benak siswa-siswanya bagian tubuh itu tergambarkan atau terbayangkan seperti keadan yang sebenarnya adalah salah satu contoh deskripsi. Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal katanya yaitu descrilele (latin) yang berarti “menulis tentang, membeberkan sesuatu hal, melukiskan sesuatu hal.
Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian penulis yang kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya akannnuansa dan bentuk. Dengan kata lain, penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek dalam rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu. Di sini penulis harus memilih kata yang tepat sesuai dengan gambaran objek yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat dari objek yang dideskripsikan itu.
Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk menciptakan pengalaman pada diri pembaca dan memberikan identitas atau informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan pengerttian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan, membeberkan suatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan dfeskripsi penulis tidak boleh mencampur-adukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisnya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekaatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu objek penulisan. Pendekatan yang diumaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.

a.       Pendekatan Realistis
Dengan pendekatan ini penulis dituntut memotret hal/ benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadan yang dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian rincian secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan di bawah ini sebagai contoh.
“…Di perahu Kakek Abah ada bakul besar, sarung, tangguk kecil dan tangguk besar. Segulung tali ditaruhnya di buritan perahu. Pisau dan korek api juga ada. Rokok kretek dan sebotol air minum tergeletak di haluan. Air putih dalam botol kelihatan jernih…” (K. Usman. Bermain dengan Kerang Hijau. Jakarta: Aries Lima, hlm.11).

b.      Pendekatan Impresioniostis
Pendekatan impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi pandangan atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang dengan kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya. Simaklah contoh di bawah ini.

“Lampu-lampu jalanan mengakhiri aktivitasnya. Sinar-sinarnya mulai menghilang dari pandangan mata. Sayup-sayup suara unggas mulai memecah kesunyian. Riang gembira kicaunya memanggil sang surya. Di sela-sela dahan sang surya mulai menampakkan sinarnya. Kehangatan sinarnya mencairkan embun di pucuk-pucuk dedaunan.  Persada tampak ceria secerah sang penantang pagi yang menggantungkan harapannya.”
     Tulisan ini menggambarkan betapa penulis merasakan cerahnya pagi. Penulis berusaha mengekspresikan keindahan yang dirasakannya dengan melukiskan matahari terbit.

2.1.2.      Karangan narasi (pengisahan)
Karangan narasi (berasal dari narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam kesatuan waktu.
Seperti halnya karangan deskripsi karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu narasi ekspositoris/ narasi factual dan narasi sugestif/ narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepadam pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menyimpulkan daya khayal mpembaca, mampu menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen. Sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang peristiwa pembunuhan. Kutipan di bawah ini adalah contoh karangan narasi ekspositoris atau narasi faktual.

Khalil Gibran

Khalil Gibran lahir di kota Bsharre yang dibanggakan sebagai pengawal Hutan Cedar Suci Lebanon, tempat Raja Sulaeman mengambil kayu untuk membangun kuil di Yerussalem. Ia lahir dari keluarga petani miskin. Ayaknya bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila.
Ketika lahir, orang tuanya memberi nama Gibran, sama seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini merupakan kebiasaan orang-orang Libanon pada masa itu. Maka lengkaplah namanya menjadi Gibran Khalil Gibran, yang kemudian lebih dikenal denal dengan Khalil Gibran. Atas anjuran para gurunya di Amerika yang mengagumi kejeniusannya nama yang sekarang sekaligus mengubah letak huruf “h” dari nama yang diberikan orang tuanya.
Kahlil Gibran yang lahir pada 6 Januari 1883, dikenal sangat dekat dengan ibunya. Bahkan guru Gibran yang pertama adalah ibunya sendiri. Dari janda Hanna Abdel Salam inilah mula-mula Gibran mengenal kisahkisah terkenal Arabia dari jaman kalifah Harun Al-Rasyid: Seribu Satu Malam dan Nyanyian-Nyaian Perburuan Abunawas. Ibunya ini pulalah yang menanamkan andil besar dalam membentuk Gibran sebagai penulis dan pelukis dunia.
Sejak Gibran kecil, Kamila, sang ibu sudah berusaha menciptakan lingkungan yang membangkitkan perhatian Gibran pada kegiatan menulis dan melukis dengan memberinya buku-buku cerita serta satu jilid buku kumpulan reproduksi lukisan Leonardo da Vinci. Hal ini boleh jadi karena ibunya seorang yang terpelajar yang menguasai beberapa bahasa Suryani seperti bahasa Perancis dan bahasa INggris.
Karena himpitan ekonomi yang tak tertahankan, maka pada tahun 1895,m Gibran dibawa keluarganya ke Boston, Amerika Serikat. Selama dua setengah tahun Gibran memasuki sekolah negeri di Boston yang dikhususkan bagi anak laki-laki. Selanjutnya ia pindah ke sekolah malam selama setahun untuk memperdalam pengetahuan umumnya.
Untuk biaya pendidikan di sana, saudara tirinya Peter dan ibunya berjuang keras untuk itu. Atas permintaannya sendiri, Gibran dikirim kembali oleh ibunya ke Lebanon untuk mengembangkan bahasa Ibunya. Ia lantas masuk Madrasah al-Hikmat (sekolah filsafat) dari tahun 1898 hingga 1901. Di sekolah ini ia mengikutyi berbagai kuliah antara lain, hukum internasional, musik, kedokteran, dan sejarah agama.
Gibran menamatkan pendidikannya di Madrasah al-Hikmat pada tahun 1901 dalam usia delapan belas tahun dengan mendapat pujian (cumlaode). Sebelumnya yaitu pada tahun 1900, Gibran tercatat sebagai redaktur majalah sastra dan filsafat Al-Hakikat (kebenaran).
Masa kepenyairan Gibran dibagi daalam dua tahap, yaitu tahap pertama dimulai tahun 1905 dengan karya-karya antara lain: Sekilas tentang Seni Musik (Nubdzahfi Fann al-Musiqa, 1905), Puteri-puteri Lembah (Arais al- Muruj, 1906), Jiwa-jiwa Yang Memberontak (Al-Arwah Al-Muttamarridah, 1908), Sayap-sayap Patah (Al-Ajniha’l Muttakassirah, 1910), Air Mata dan Senyum (Dam’ahwa ‘ibtisamah, 1914). Tahap ini disebut tahap kepenyairan Gibran dalam bahasa Arab. Adapun tahap kedua dari tahap kepenyairan dimulai pada tahun 1918 dan disebut sebagai tahap kepenyairan dalam bahasa Inggris. Karya-karyanya antara lain: Si Gila (The Madman, 1918), Sang Nabi (The Prophet, 1923), Pasir dan Buih (Sand and Foam, 1926) dan masih banyak lagi.
Pada akhirnya ia memang tercatat pula berhasil dalam bidang seni  lukis.Malah seorang sahabatnya yaitu Henry de Boufort, memberi komentar atas kemampuannya dalam seni lukis dengan berkata “Dunia pasti mengharap banyak dari penyair, pelukis Lebanon ini, yang sekarang telah menjadi William Blake abad ke-20.
Hari-hari terakhir Gibran dihabiskannya dengan kegiatan menulis dan melukis di sebuah studio “pertapaannya” di New York. Di sini ia hanya ditemani oleh saudara perempuannya yang masih hidup, Mariana.
Gibran meninggal dunia pada tanggal 10 April 1931 karena sakit lever dan paru-paru. Jasad bekunya dibawa pulang ke Lebanon dan dimakamkan di lembah Kadisya.
(Disunting dari “Kahlil Gibran Pantas Dikenang” tulisan Kamser Silitonga, Kompas, 10 April 1993).

2.1.3.      Karangan Eksposisi (pemaparan)
Kata eksposisi yang dipungut dari kata bahasa Inggrisdexposition sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘membuka’ atau ‘memulai’. Memang karangan eksposisi merupakan wahana yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Informasi seperti ini dapat kita baca sehari-hari dalam media masa, berita di ex-pose atau dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan memperluas panmdangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Karena jenis karangan eksaposisi hanya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh marilah kita simak isi kutipan karangan di bawah ini.

PELECEHAN BAHASA OLEH PEJABAT
DITERIMA SEBAGAI KEBENARAT

Kesewenang-wenangan dan pelecehan bahasa tidak hanya dilakukan masyarakat di bawah tetapi dilakukan pula oleh penguasa di atas. Meski yang dikerjakan sama tetapi karena statusnya berbeda maka dampaknya menjadi berbeda pula. Kesewenang-wenangan berbahasa yang dilakukan rakyat akan dianggap tidak resmi, menyimpang, aneh, dan gila. Namun jika kesewenang-wenangan itu dilakukan pejabat akan diterima sebagai perilaku yang resmi, benar, rasional, dan standar.
Dr. Ariel Heryanto, pengamat social dan linguis dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengemukakan hal itu pada hari kedua Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya di Jakarta Rabu (27/09).
Ia menyebut sejumlah contoh kesewenang-wenangan dan pelecehan bahasa yang dilakukan para pejabat tidak dianggap sebagai suatu kelucuan tetapi suatu kebenaran, resmi, standar. “Harga-harga disesuaikan”, kata Ariel, merupakan istilah yang diterima sebagai kebenaran sekalipun pada dasarnya merupakan pelesetan atau kesewenang-wenangan dalam berbahasa.
“Semua itu berlangsung tanpa interfensi ahli-ahli bahasa. Ini menunjukkan betapa yang diajarkan di kelas-kelas bahasa, terasing dari masyarakat. Pada hal rakyat tidak hanya bergulat mencari beras, tetapi juga kadangkadang bunek karena kerancuan omongan pejabat.”
Arie mengajak para pakar bahasa untuk ikut serta memberdayakan rakyat dengan mencerna bahasa yang digunakan dalam pernyataan-pernyataan pejabat. Pakar bahasa perlu hadir dalam pengadilan untuk menjelaskan apa arti sebenarnya “menghina dan tidak menghina pemerintah” sertam“menghina dan tidak menghina rakyat.”
Lebih lanjut Ariel mengatakan sebuah sejarah panjang bisa ditulis untuk menggambarkan bagaimana kesewenang-wenangan itu dibikin, disangkal, dan kemudian, dimapankan dengan berbagai pengorbanan pihak yang dirugikan dan rejeki bagi yang diuntungkan. Pada sat ini tambah Asriel, nasib sejumlah warga negara dipertaruhkan karena kesewenang-wenangan pemaknaan bahasa.
“Sejak tahun 1989 terjadi panen paling meriah dalam pengadilan aktivis muda di Indonesia dengan menggunakan pasal-pasal penghinaan terhadap pejabat negara. Ini menunjukkan betapa serius dan meluasnya makna menghina dan tidak menghina dalam berbahasa Indonesia saat ini”, kata Ariel. (Kompas, 29 September 1996).

2.1.4.      Karangan Argumentasi (pembahasan)
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembacan agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
Karangan argumentasi memiliki ciri:
a)      Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengantujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
b)      Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
c)      Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

SULIH BAHASA FILM ASING

Himbauan Mendikbud dan Menpen untuk melakukan sulih bahasa (dubing) semua film asing, baik di TV maupun di gedung bioskop, nampaknya lebih merupakan instruksi lantaran ada batas waktu yang diberikan selambat-lambatnya 16 Agustus 1996, atau 3,5 bulan setelah himbauan dilontarkan. Yang jadi masalah tentu bukan semata-mata waktu yang singkat itu, tetapi berbagai hal yang menyangkut film itu sendiri. Ini tergambar dari pendapat berbagai pihak yang berbeda-beda mengenai hal ini.
Kalangan televisi sendiri lebih banyak menyoroti masalah kesulitan teknis bila himbauan itu harus dipenuhi. Misalnya kesiapan rumah produksi dengan para pesulih bahasanya, jumlah dan kualitas pesulih bahasa yang terbatas. Hanya Freddy M. Nindan, Manajer produksi PT Eltra Studio yang menyinggung kualitas film aslinya. Baginya hanya film-film kurang berbobot saja, dan tentu film anak-anak yang perlu disulih-bahasakan.
Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional, Johan Tjasmadi malahan lebih berhati-hati. Sebagai insane film yang mengerti hakikat sebuah film sebagai karya multi media yang bukan hanya sekedar kaya gambar, nampaknya Johan Tjasmasi paham benar bahwa pesulih bahasa sebuah film asing tak boleh sembarangan. Langkah itu harus dibicarakan secara mendalam dengan berbagai pihak.
Dr. Salim Said, pengamat film dan penulis kritik sejarah film Indonesia yang andal lebih terbuka mengatakan, sulih bahasa asing justru akan membuka pintu lebar-lebar bmasuknya nilai-nilai asing. Ini dapat dipahami. Dengan teks terjemahan, hal-hal yang dianggap rawan, baik dalam bidang social, budaya, maupun politik tidak perlu diterjemahkan. Hanya penonton yang paham bahasa asing film tersebut mungkin jeli menangkap hal itu, lantas karena pendidikan dan kemampuan memfilter pengaruh asing sudah cukup tak akan terpengaruh, sedangkan sulih bahasanya ringkas pada hal mulut pelakonnya masih komat-kamit.
 Memang diakui di beberapa negara sulih bahasa film asing sudah dilakukan dengan baik. Selain itu film dengan bahasa aslinya juga masih tersedia di pasaran. Beberapa tahun lalu saya sempat menonton film berdasarkan karya Shakespeare di Paris, dalam bahasa aslinya dengan teks terjemahan Perancis. Sebagai orang yang buta bahasa Perancis, saya belajar beberapa kata Perancis dari menonton film itu.
 Ada beberapa hal yang menyangkut film dan pendidikan yang perlu diperhatikan dalam kewajiban menyulih-bahasakan semua film asing. Pertama, film sebagai karya multi media dan karya seni berbicara melalui gambar, suara dan bahasa. Tiga unsur itu saling menunjang dan mutu serta keindahan karya film itu dapat rusak kalau salah satu unsurnya terganggu. Tidak percaya? Secara sederhana pernah anda menonton film yang dikenal bermutu bagus di gedung bioskop kelas kambing dengan kualitas proyektor rendah, sistem akustik gedung tak memadai juga pengeras suara semutu pengeras suara rapat umum, yang tersaji adalah pertunjukan yang menyakitkan, bukan saja bagi mata tetapi juga telinga dan hati kita. Dialog (bahkan dalam film Indonesia) tak terdengar jelas meski pengeras suara berbunyi keras. Menonton film asing dengan teks terjemahan dalam kondisi seperti ini bak membaca buku di tengah kebisingan.
Bahasa dalam sebuah film yang bagus bukan sekedar unsure tempelan. Saya tidak bias membayangkan harus menikmati sebuah film karya Kurozawa dengan sulih bahasa apa saja. Cara pemain pria dan wanita Jepang dalam mengungkapkan perannya melalui bahasa mempunyai warna khusus. Keindahan bahasa film itu membawa nilai tersendiri. Demikian juga film-film berbahasa Perancis, Arab, Jerman, bahkan daalam bahasa-bahasa yang jarang sekali kita dengar.
Karena itu, saya menaruh hormat pada TPI yang sering menyiarkan filmfilm berbahasa Arab dengan versi aslinya. Jiwa budaya yang dihembuskan melalui bahasa itu memberikan nikmat tersendiri bagi pecinta film yang tidak sekedar mengejar makna, tetapi juga keindahan budaya. Dalam hubungan ini, mungkin perlu dipertimbangkan usul yang sudah dikemukakan tadi, bahwa sebaiknya film yang disulihbahasakan hanya film-film ‘kodian’ semacam telenovela.
Disadari atau tidak, sebuah film adalah sumber pelajaran. Kita tidak saja memperoleh pengetahuan dari sebuah film, tetapi juga memahami lebih jauh budaya, tata cara, adapt kebiasaan sebuah masyarakat yang jauh dari masyarakat kita. Film dalam bahasa aslinya dapat pula dipakai sebagai sumber pelajaran bahasa. Kita bisa belajar bahasabahasa asing, Arab, Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman, melalui film-film asing yang baik.
Sebuah bahasa Mandarin ditolak untuk dipakai dalam sebuah film yang diputar di TV harus kita terima sebagai keputusan politik. Penguasaan bahasa asing bukan saja dipakai untuk sarana meningkatkan pelayanan bidang pariwisata yang sedang kita galakkan. Soal tuduhan bahasa asing dapat merusak penggunaan bahasa Indonesia, barangkali tidak sepenuhnya benar. Mereka yang benar-benar menguasai bahasa asing biasanya juga dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dan alas an bahwa sulih bahasa bertujuan memasyaraaaakatkan bahasa Indonesia mungkin tidak terlalu tepat. Banyak forum-forum lain untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sulih bahasa dengan kualitas tak terjamin justru akan mengobrak-abrik tatanan bahasa kita.

2.1.5.      Karangan Persuasi (pengajakan)
Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’ yang kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia: persuasi. Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/ gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Di Samping itu, dalam menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasan orang lain.

Contoh 1:
PALMER DAN ROLEX, HAKIKAT DARI SUKSES

Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan perhitungan yang matang.
Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.
Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf.The Chung Shan yang menjadi padang golf pertama di Cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa.Di samping itu, nama Arnold Palmer ada pada pakaian golf,golf club, jasa carter angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
Di balik keramahansenyum yang telah menjadikannya tokoh televisi, Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail. Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golfyang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya.
Menjaga ketepatan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting.Ia mempercayakannya pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-Date. Bagisaya golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex menjalankan tugasnyadengan sempurna!” Suatu pujian berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.

Contoh 2:
Ranjang Lipat Alfa BG – 300

          Ranjang lipat yang praktis tersebut mudah dibuka serta disetel posisi sandarannya, untuk pertama kalinya dibuat oleh Perusahaan Kayu “Kapuran”. Ranjang tersebut sekarang ini telah beredar di pasaran Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia.
Konstruksi ranjang ini menurut pimpinan perusahan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga per bajanya tidak berubah daya pegasnya untuk beberapa tahun lamanya. Demikian pula untuk anyaman kawatnya terdiri dari kawat dengan ukuran lebih besar, sehingga lingkaran pengaitnya tidak berubah. Alas kaki dilengkapi karet alam, sehingga
letaknya selalu mantap dan tidak mudah bergerak. Sedangkan pada kaki bagian tengah dilengkapi empat buah roda, agar mudah dipindahkan ke tempat mana yang diinginkan.
Lebih jauh dikatakan, ranjang tersebut sangat cocok untuk dipakai di hotel-hotel bertaraf internasional, rumah-rumah sakit, kantor-kantor atau proyek-proyek, sebagai ekstra bed. Juga di asrama-asrama ia dapat bertindak sebagai ranjang tambahan.
Sebab ranjang ini dirancang khusus, maka dapat pula dipakai di kamar yang sempit, di ruang tamu atau untuk membaca dan menonton televisi. Juga ranjang ini dapat digunakan di taman atau halaman rumah untuk melepaskan lelah.
Spesifikasi ranjang ini, demikian ungkapnya, terdiri dari pipa staal khusus ukuran 7/8 inc, ¾ inc, 5/8 inc x 1,2 MM (standar alfa), berat net 20 kg, kwalitas cat metalic duco spesial serta tebal kasur 12 cm.
Ditandaskan, bersama ranjang tersebut disediakan pula kasur anti panas, karena kasur ini terdiri dari lapisan: kain pembungkus, lalu kapuk alam, kemudian kain laken, kain pemisah, kemudian lagi karet busa/ foam, dan ditutup kembali dengan kain pembungkus. Dengan bahan-bahan tersebut, tambahnya, maka kasur produksi kami tidak terlalu panas jika digunakan, dibandingkan kasur lain yang semata-mata terdiri dari karet busa, katanya.

Catatan:
Walaupun struktur wacana persuasi kadang-kadang sama ataupun mempunyai kesamaan dengan wacana argumentasi, tetapi diksinya berbeda. Diksi wacana argumentasi mencari efek tanggapan penalaran, sedangkan diksi wacana persuasi mencari efek tanggapan emosional. Tidak jarang pula wacana persuasi adalah suatu bentuk eksposisi yang dikawinkan dengan deskripsi tetapi mempunyai tujuan tertentu, yakni menggoda pembaca untuk melakukan sesuatu atau mengarahkan pembaca kepada sesuatu sikap tertentu. Misalnya, membeli sesuatu barang atau merencanakan membeli sesuatu barang jika pada waktu membaca wacana persuasi tersebut belum atau tidak mempunyai uang.

Selain merupakan karangan yang murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi dalam karangan eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh karangan berikut ini.

Narasi
Sejak berpulangnya almarhum suami saya antara lain karena kegemukan, saya mengintrospeksi diri dan ada rasa takut berat badan makin bertambah walau saya bukan termasuk orang yang suka makan. Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil, hingga pada akhirnya saya membaca iklan Impression di harian Kompas, Minggu 7 November 1993. Saya seperti mendapat firasat inilah program yang tepat bagi saya.
Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang lima kilogram, dan waktu hal ini saya kabarkan pada putrid saya, Maya, yang sekolah di New York, anak saya mengatakan”Ya, program itulah ang saya maksudkan, Mama. Di sini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil.


Persuasi
Selama mengikuti Program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntuikan, tidak ada efek sampingan, sangat mudah dan menyenangkan.
Bagi saya, saat ini terasa begitu ceria, muka berseri, tubuh enteng, dan bajubaju lama dapat dipakai kembali, dan banyak teman-teman yang jadi pangling akan penampilan saya.
Tetapi penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hamper setengah abad ini. Program Impression ternyata memulihkan kesehatan saya, tekanan darah menjadi normal kembali rata-rata 120-180, kadar gula dan koleterol normal, pokoknya semua terasa segar dan ringan.

Narasi
Nyonya Lucia Sutanto, seorang figure tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses, pendiri dan Ketua Yayasan Santa Lucia yang tidak asing lagi bagi masyarakat ibukota adalah ibu dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar sepuluh ribu siswa dari bi,bingan belajar, pendidikan computer dan akutansi, bahasa Inggris, sekretaris, dan program pendidikan Magister Managemen, mendapatkan predikan sebagai “KHARISMA PUTRI KEBAYA KARTINI” 94, dan “CITRA EKSEKUTIF INDONESIA 1994” setelah mengikuti program impression.

Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi. Sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayat atau kisah. Contoh karangan eksposisi yang berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh karangan eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.

Kombinasi
 Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu sering ditunjang oleh deskripsi sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis karangan. Kondisi ini dapat diterima asalkan penulisnya memperhatikan keharusan adanya porsi yang lebih besar yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan kesimpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan (narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh dan berdiri sendiri. Dua jenis yang lainnya (deskripsi dan argumentasi) jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangan lain. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian memadukan beberapa jenis karangan tentu tidak diperoleh dengan gampang. Latihan yang intensif dan terus menerus merupakan syarat mutlak. Satu hal lagi pedoman yang perlu diikuti oleh calon penulis adalah keharusan mengetahui ciri setiap jenis karangan sebelum mencoba mengkombinasikannya.











DAFTAR PUSTAKA



 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Law Enforcement © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top