PARAGRAF
DAN MENGARANG
1.
Paragraf
Paragraf adalah kumpulan dari
kalimat-kalimat yang mendukung satu gagasan utama. Dalam satu paragraf yang
baik mestinya hanya memiliki satu kalimat utama ditambah kalimat-kalimat
penjelas yang jumlahnya tidak dibatasi. Paragraf yang baik juga mensyaratkan
adanya kohesi dan koherensi.
Kohesi :
bahwa kalimat-kalimat dalam satu paragraf haruslah berisi satu warna dan satu
gagasan pokok.
Koherensi :
bahwa antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain haruslah nyambung dan
padu sehingga saling melengkapi dan saling memperjelas / mendukung sebuah
konsep yang ingin disampaikan.
1.1.Berdasarkan
Letak Kalimat Utamanya, Paragraf Di bedakan Menjadi:
1.1.1.
Paragraf Induktif :
adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di bagian akhir.
Contoh:
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya,
pohon-pohon di hutan sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu,
irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin
mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan tanahnya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika panen di desa ini selalu gagal.
1.1.2. Paragraf
Deduktif : adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di
bagian awal.
Contoh:
Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
menghemat pemakaian listrik. Cara penghematan tersebut dapat dilakukan dengan
mengatur pemakaian. Misalnya, menyalakan lampu hanya pada ruang tertentu,
artinya jika ruang tersebut tidak dipakai listrik dapat dipadamkan. Menyeterika
cukup tiga hari sekali. Begitu pula menyalakan pompa air cukup dua kali sehari.
1.2.
Berdasarkan isinya paragraf dapat
dibedakan menjadi:
1.2.1. Narasi
Narasi adalah paragraf yang
isinya menceritakan suatu hal / kejadian. Karena bersifat menceritakan, maka
biasanya disusun secara kronologis (berdasarkan urutan waktu).
Contoh:
Pada hari Minggu saya bersama keluarga
pergi ke Taman Mini Indonesia Indah. Sehabis sholat subuh kami mulai
berkemas-kemas. Ibu membuat nasi goreng istimewa untuk sarapan pagi. Kira-kira
jam tujuh pagi kami sekeluarga berjumlah delapan orang berangkat dari rumah
kami di Tanjung Duren. Di sepanjang perjalanan, adik kami Rita, dan Dhimas tak
henti-hentinya bernyanyi dan bercanda ria. Setelah menjelajahi berbagai
anjungan yang ada, kami sekeluarga semakin terkesan dengan panorama miniatur
nusantara ini.
1.2.2.
Deskripsi
Deskripsi
adalah paragraf yang isinya melukiskan sesuatu berdasarkan pengamatan panca
indera sehingga pembaca seolah-olah merasa melihat, mendengar, dan merasakannya
sendiri tentang suatu tempat, kejadian, dan peristiwa yang dimaksud oleh
penulisnya.
Contoh:
Sisa gerimis sore tadi masih menyisakan
butiran-butiran mutiara kecil di ranting-ranting kurus bunga-bunga angsoka.
Lembayung senja masih membiaskan cahaya tipis yang melontarkan warna-warni
jingga, manakala menerpa butiran-butiran sisa gerimis. Danau Kintamani yang
terpancang di punggung Bukit Batur itu seolah merupakan suaka alam bagi suku
Trunyan yang memang rentan terhadap modernisasi. Sementara di sana-sini
beberapa anak kecil menjajakan cindera mata, membantu mengais rejeki untuk
tambahan beaya sekolah mereka.
1.2.3.
Eksposisi
Esposisi adalah
paragraf yang isinya menjelaskan tentang sesuatu sehingga pembaca yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi paragraf ini sifatnya informatif.
Contoh:
Jalak Bali merupakan satwa eksotis yang
keberadaannya sangat dilindungi. Jenis burung yang hampir punah ini sekarang
sudah berhasil dikembangbiakkan. Dengan ijin dari Departemen Pertanian, seorang
peternak dari Solo bisa membudidayakan bahkan sampai ribuan ekor. Keberhasilan
ini diikuti oleh puluhan bahkan ratusan penangkar lain dari seantero tanah air.
Dengan demikian keberadaan satwa ini sudah tidak mengkhawatirkan lagi. Dan
kabar baiknya bagi pecinta burung, jalak bali sekarang sudah bisa
dikomersiilkan lagi.
1.2.4.
Argumentasi
Argumentasi
adalah paragraf yang isinya berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan
yang diungkapkan oleh penulisnya. Cara meyakinkan ini biasanya dilengkapi
dengan data, fakta, contoh yang konkret serta pola penalaran yang rasional.
Contoh:
Rokok sangat merugikan kesehatan.
Kebiasaan buruk ini ternyata bisa meracuni diri sendiri, keluarga, dan orang
lain di sekitarnya. Selain racun nikotin, tar, dan mono oksida masih ada ribuan
zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Tak heran bila ada penelitian yang
menyimpulkan bahwa satu batang rokok akan mengurangi satu menit nyawa
pengisapnya. Itulah maka Pemerintah Daerah DKI memberlakukan Perda larangan
merokok di tempat umum.
1.2.5. Persuasi
Persuasi adalah paragraf yang isinya
berusaha membujuk pembaca sehingga melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki
penulisnya. Semua iklan dan poster pastilah bersifat persuasif.
Contoh:
Jakarta sangat rawan terhadap peredaran
narkoba. Kota metropolitan yang kian sumpek ini makin dijejali dengan masalah
sosial antara lain peredaran narkoba. Baik shabu-shabu, putau, ekstasi, atau
yang lainnya sangat merusak generasi suatu bangsa. Orang jadi lupa diri, penuh
dengan kecemasan, malas, dan tidak mampu berpikir logis. Anda tidak ingin
menjadi korban, jangan coba-coba mendekatinya.
2.
Karangan
Karangan
adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentangsuatu topic
atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian
yang lebih tinggi atau lebih luas dari alenia.
Mengarang
adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat, dan alenia yang
dipadukan dengan topic dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa
karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa
karangan bunga). Dalam hal merangkai bunga sang perangkai harus menguasai
latar, kombinasi warna dan asesori. Semua ini harus disesuaikan dengan jenis
bunga yang akan dirangkai dan model yang dikehendaki. Seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh perangkai bunga dilakukan pula oleh penulis karangan dengan
bahan baku utama berupa kalimat dan alenia. Apa yang diuraikan di atas baik
dalam hal merangkai bunga maupun “merangkai” karangan pada prinsipnya adalah
mengatur komposisi yang seimbang dalam membangun ide atau gagasan tertentu.
Dalam
praktiknya, kegiatan mengarang terbagi atas dua golongan besar, yaitu
(1) mengarang fiksi atau rekaan, dan
(2) mengarang non fiksi.
Kenyatan menunjukkan bahwa untuk menulis
karangan nonfiksi factor bakat tidaklah dominant seperti halnya menulis
karangan fiksi. Keahlian menulis karangan nonfiksi dapat dipelajari seperti
halnya seseorang belajar bermain catur, bernyanyi, menggambar, atau
keterampilan lainnya sampai taraf tertentu. Faktor terpenting bagi penulis
karangan nonfiksi adalah sikap rasional dan daya intelektual didukung oleh
pengetahuan tentang ilmu karang-mengarang, yaitu komposisi.
2.1.Tipe
Karangan
Untuk menyajikan suatu topic, seorang
penulis akan menggunakan cara atau teknik tertentu yang disesuaikan dengan
pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya. Dengan kata lain terdapat
beberapa tipe karangan berdasarkan cara pengungkapan dan tujuan penulis. Jika
seseorang hendak menyampaikan suatu informasi berupa berita, misalnya ia akan
menggunakan bentuk karangan tertentu, dan bentuk itu akan berbeda jika ia
hendak menyempaikan suatu himbauan yang bersifat menggugah perasaan atau emosi.
Berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya, tipe
karangan ada lima yaitu:
2.1.1. Karangan
deskripsi (pelukisan)
Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris description
yang tentu saja berhubungan dengan kata kerjanya to describe (melukiskan dengan
bahasa). Seorang guru anatomi menerangkan bagian-bagian tubuh manusia kepada
siswa-siswanya sehingga dalam benak siswa-siswanya bagian tubuh itu
tergambarkan atau terbayangkan seperti keadan yang sebenarnya adalah salah satu
contoh deskripsi. Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi
merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda
sebagaimana adanya. Hal ini sesuai dengan asal katanya yaitu descrilele (latin)
yang berarti “menulis tentang, membeberkan sesuatu hal, melukiskan sesuatu hal.
Penggambaran sesuatu dalam karangan
deskripsi memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian penulis yang kemudian
dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya akannnuansa dan
bentuk. Dengan kata lain, penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek dalam
rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat
menerimanya seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek
itu. Di sini penulis harus memilih kata yang tepat sesuai dengan gambaran objek
yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang
ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat dari objek yang dideskripsikan itu.
Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk
menciptakan pengalaman pada diri pembaca dan memberikan identitas atau
informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalinya bila
bertemu atau berhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan pengerttian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang
bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan
melukiskan, membeberkan suatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat, atau
hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan dfeskripsi penulis tidak boleh
mencampur-adukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan
penulisnya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekaatan adalah cara penulis
meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil
sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu objek penulisan.
Pendekatan yang diumaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan
impresionistis.
a. Pendekatan
Realistis
Dengan pendekatan ini penulis dituntut
memotret hal/ benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadan yang dilihatnya. Ia
bersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian
rincian secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh pembaca
sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan di bawah ini sebagai contoh.
“…Di perahu Kakek Abah ada bakul besar,
sarung, tangguk kecil dan tangguk besar. Segulung tali ditaruhnya di buritan
perahu. Pisau dan korek api juga ada. Rokok kretek dan sebotol air minum
tergeletak di haluan. Air putih dalam botol kelihatan jernih…” (K. Usman.
Bermain dengan Kerang Hijau. Jakarta: Aries Lima, hlm.11).
b. Pendekatan
Impresioniostis
Pendekatan impresionistis adalah
pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Dengan
pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi pandangan
atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau
dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang
dengan kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya. Simaklah
contoh di bawah ini.
“Lampu-lampu jalanan mengakhiri aktivitasnya.
Sinar-sinarnya mulai menghilang dari pandangan mata. Sayup-sayup suara unggas
mulai memecah kesunyian. Riang gembira kicaunya memanggil sang surya. Di
sela-sela dahan sang surya mulai menampakkan sinarnya. Kehangatan sinarnya
mencairkan embun di pucuk-pucuk dedaunan.
Persada tampak ceria secerah sang penantang pagi yang menggantungkan
harapannya.”
Tulisan
ini menggambarkan betapa penulis merasakan cerahnya pagi. Penulis berusaha
mengekspresikan keindahan yang dirasakannya dengan melukiskan matahari terbit.
2.1.2. Karangan
narasi (pengisahan)
Karangan
narasi (berasal dari narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan
manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam
kesatuan waktu.
Seperti halnya karangan deskripsi
karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu narasi ekspositoris/ narasi
factual dan narasi sugestif/ narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk
memberi informasi kepadam pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut
narasi narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menyimpulkan daya
khayal mpembaca, mampu menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya
khayal disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen.
Sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi,
kisah perampokan, dan cerita tentang peristiwa pembunuhan. Kutipan di bawah ini
adalah contoh karangan narasi ekspositoris atau narasi faktual.
Khalil Gibran
Khalil Gibran lahir di kota Bsharre yang
dibanggakan sebagai pengawal Hutan Cedar Suci Lebanon, tempat Raja Sulaeman mengambil
kayu untuk membangun kuil di Yerussalem. Ia lahir dari keluarga petani miskin.
Ayaknya bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila.
Ketika lahir, orang tuanya memberi nama
Gibran, sama seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini merupakan kebiasaan
orang-orang Libanon pada masa itu. Maka lengkaplah namanya menjadi Gibran
Khalil Gibran, yang kemudian lebih dikenal denal dengan Khalil Gibran. Atas
anjuran para gurunya di Amerika yang mengagumi kejeniusannya nama yang sekarang
sekaligus mengubah letak huruf “h” dari nama yang diberikan orang tuanya.
Kahlil Gibran yang lahir pada 6 Januari
1883, dikenal sangat dekat dengan ibunya. Bahkan guru Gibran yang pertama
adalah ibunya sendiri. Dari janda Hanna Abdel Salam inilah mula-mula Gibran
mengenal kisahkisah terkenal Arabia dari jaman kalifah Harun Al-Rasyid: Seribu
Satu Malam dan Nyanyian-Nyaian Perburuan Abunawas. Ibunya ini pulalah yang
menanamkan andil besar dalam membentuk Gibran sebagai penulis dan pelukis
dunia.
Sejak Gibran kecil, Kamila, sang ibu
sudah berusaha menciptakan lingkungan yang membangkitkan perhatian Gibran pada
kegiatan menulis dan melukis dengan memberinya buku-buku cerita serta satu
jilid buku kumpulan reproduksi lukisan Leonardo da Vinci. Hal ini boleh jadi
karena ibunya seorang yang terpelajar yang menguasai beberapa bahasa Suryani
seperti bahasa Perancis dan bahasa INggris.
Karena himpitan ekonomi yang tak
tertahankan, maka pada tahun 1895,m Gibran dibawa keluarganya ke Boston,
Amerika Serikat. Selama dua setengah tahun Gibran memasuki sekolah negeri di
Boston yang dikhususkan bagi anak laki-laki. Selanjutnya ia pindah ke sekolah
malam selama setahun untuk memperdalam pengetahuan umumnya.
Untuk biaya pendidikan di sana, saudara
tirinya Peter dan ibunya berjuang keras untuk itu. Atas permintaannya sendiri,
Gibran dikirim kembali oleh ibunya ke Lebanon untuk mengembangkan bahasa
Ibunya. Ia lantas masuk Madrasah al-Hikmat (sekolah filsafat) dari tahun 1898
hingga 1901. Di sekolah ini ia mengikutyi berbagai kuliah antara lain, hukum
internasional, musik, kedokteran, dan sejarah agama.
Gibran menamatkan pendidikannya di
Madrasah al-Hikmat pada tahun 1901 dalam usia delapan belas tahun dengan
mendapat pujian (cumlaode). Sebelumnya yaitu pada tahun 1900, Gibran tercatat
sebagai redaktur majalah sastra dan filsafat Al-Hakikat (kebenaran).
Masa kepenyairan Gibran dibagi daalam
dua tahap, yaitu tahap pertama dimulai tahun 1905 dengan karya-karya antara
lain: Sekilas tentang Seni Musik (Nubdzahfi Fann al-Musiqa, 1905),
Puteri-puteri Lembah (Arais al- Muruj, 1906), Jiwa-jiwa Yang Memberontak
(Al-Arwah Al-Muttamarridah, 1908), Sayap-sayap Patah (Al-Ajniha’l
Muttakassirah, 1910), Air Mata dan Senyum (Dam’ahwa ‘ibtisamah, 1914). Tahap
ini disebut tahap kepenyairan Gibran dalam bahasa Arab. Adapun tahap kedua dari
tahap kepenyairan dimulai pada tahun 1918 dan disebut sebagai tahap kepenyairan
dalam bahasa Inggris. Karya-karyanya antara lain: Si Gila (The Madman, 1918),
Sang Nabi (The Prophet, 1923), Pasir dan Buih (Sand and Foam, 1926) dan masih banyak
lagi.
Pada akhirnya ia memang tercatat pula
berhasil dalam bidang seni lukis.Malah
seorang sahabatnya yaitu Henry de Boufort, memberi komentar atas kemampuannya
dalam seni lukis dengan berkata “Dunia pasti mengharap banyak dari penyair,
pelukis Lebanon ini, yang sekarang telah menjadi William Blake abad ke-20.
Hari-hari terakhir Gibran dihabiskannya
dengan kegiatan menulis dan melukis di sebuah studio “pertapaannya” di New
York. Di sini ia hanya ditemani oleh saudara perempuannya yang masih hidup, Mariana.
Gibran meninggal dunia pada tanggal 10
April 1931 karena sakit lever dan paru-paru. Jasad bekunya dibawa pulang ke
Lebanon dan dimakamkan di lembah Kadisya.
(Disunting dari “Kahlil Gibran Pantas
Dikenang” tulisan Kamser Silitonga, Kompas, 10 April 1993).
2.1.3. Karangan
Eksposisi (pemaparan)
Kata eksposisi yang dipungut dari kata
bahasa Inggrisdexposition sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti
‘membuka’ atau ‘memulai’. Memang karangan eksposisi merupakan wahana yang
bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang
dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Informasi seperti
ini dapat kita baca sehari-hari dalam media masa, berita di ex-pose atau
dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan memperluas panmdangan atau pengetahuan
pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap
pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Karena
jenis karangan eksaposisi hanya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga
dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh marilah kita simak isi kutipan
karangan di bawah ini.
PELECEHAN
BAHASA OLEH PEJABAT
DITERIMA SEBAGAI
KEBENARAT
Kesewenang-wenangan dan pelecehan bahasa
tidak hanya dilakukan masyarakat di bawah tetapi dilakukan pula oleh penguasa
di atas. Meski yang dikerjakan sama tetapi karena statusnya berbeda maka
dampaknya menjadi berbeda pula. Kesewenang-wenangan berbahasa yang dilakukan
rakyat akan dianggap tidak resmi, menyimpang, aneh, dan gila. Namun jika
kesewenang-wenangan itu dilakukan pejabat akan diterima sebagai perilaku yang
resmi, benar, rasional, dan standar.
Dr. Ariel Heryanto, pengamat social dan
linguis dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengemukakan hal itu pada
hari kedua Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya di Jakarta Rabu
(27/09).
Ia menyebut sejumlah contoh
kesewenang-wenangan dan pelecehan bahasa yang dilakukan para pejabat tidak
dianggap sebagai suatu kelucuan tetapi suatu kebenaran, resmi, standar.
“Harga-harga disesuaikan”, kata Ariel, merupakan istilah yang diterima sebagai
kebenaran sekalipun pada dasarnya merupakan pelesetan atau kesewenang-wenangan
dalam berbahasa.
“Semua itu berlangsung tanpa interfensi
ahli-ahli bahasa. Ini menunjukkan betapa yang diajarkan di kelas-kelas bahasa,
terasing dari masyarakat. Pada hal rakyat tidak hanya bergulat mencari beras,
tetapi juga kadangkadang bunek karena kerancuan omongan pejabat.”
Arie mengajak para pakar bahasa untuk
ikut serta memberdayakan rakyat dengan mencerna bahasa yang digunakan dalam
pernyataan-pernyataan pejabat. Pakar bahasa perlu hadir dalam pengadilan untuk
menjelaskan apa arti sebenarnya “menghina dan tidak menghina pemerintah”
sertam“menghina dan tidak menghina rakyat.”
Lebih lanjut Ariel mengatakan sebuah
sejarah panjang bisa ditulis untuk menggambarkan bagaimana kesewenang-wenangan
itu dibikin, disangkal, dan kemudian, dimapankan dengan berbagai pengorbanan
pihak yang dirugikan dan rejeki bagi yang diuntungkan. Pada sat ini tambah
Asriel, nasib sejumlah warga negara dipertaruhkan karena kesewenang-wenangan
pemaknaan bahasa.
“Sejak tahun 1989 terjadi panen paling
meriah dalam pengadilan aktivis muda di Indonesia dengan menggunakan
pasal-pasal penghinaan terhadap pejabat negara. Ini menunjukkan betapa serius
dan meluasnya makna menghina dan tidak menghina dalam berbahasa Indonesia saat
ini”, kata Ariel. (Kompas, 29 September 1996).
2.1.4. Karangan
Argumentasi (pembahasan)
Tujuan utama karangan argumentasi adalah
untuk meyakinkan pembacan agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap,
dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi
adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
Karangan
argumentasi memiliki ciri:
a)
Mengemukakan alasan atau bantahan
sedemikian rupa dengantujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
b)
Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
c)
Mendiskusikan suatu persoalan tanpa
perlu mencapai suatu penyelesaian.
SULIH BAHASA FILM ASING
Himbauan Mendikbud dan Menpen untuk
melakukan sulih bahasa (dubing) semua film asing, baik di TV maupun di gedung
bioskop, nampaknya lebih merupakan instruksi lantaran ada batas waktu yang
diberikan selambat-lambatnya 16 Agustus 1996, atau 3,5 bulan setelah himbauan
dilontarkan. Yang jadi masalah tentu bukan semata-mata waktu yang singkat itu,
tetapi berbagai hal yang menyangkut film itu sendiri. Ini tergambar dari
pendapat berbagai pihak yang berbeda-beda mengenai hal ini.
Kalangan televisi sendiri lebih banyak
menyoroti masalah kesulitan teknis bila himbauan itu harus dipenuhi. Misalnya
kesiapan rumah produksi dengan para pesulih bahasanya, jumlah dan kualitas
pesulih bahasa yang terbatas. Hanya Freddy M. Nindan, Manajer produksi PT Eltra
Studio yang menyinggung kualitas film aslinya. Baginya hanya film-film kurang
berbobot saja, dan tentu film anak-anak yang perlu disulih-bahasakan.
Ketua Badan Pertimbangan Perfilman
Nasional, Johan Tjasmadi malahan lebih berhati-hati. Sebagai insane film yang
mengerti hakikat sebuah film sebagai karya multi media yang bukan hanya sekedar
kaya gambar, nampaknya Johan Tjasmasi paham benar bahwa pesulih bahasa sebuah
film asing tak boleh sembarangan. Langkah itu harus dibicarakan secara mendalam
dengan berbagai pihak.
Dr. Salim Said, pengamat film dan
penulis kritik sejarah film Indonesia yang andal lebih terbuka mengatakan,
sulih bahasa asing justru akan membuka pintu lebar-lebar bmasuknya nilai-nilai
asing. Ini dapat dipahami. Dengan teks terjemahan, hal-hal yang dianggap rawan,
baik dalam bidang social, budaya, maupun politik tidak perlu diterjemahkan.
Hanya penonton yang paham bahasa asing film tersebut mungkin jeli menangkap hal
itu, lantas karena pendidikan dan kemampuan memfilter pengaruh asing sudah
cukup tak akan terpengaruh, sedangkan sulih bahasanya ringkas pada hal mulut
pelakonnya masih komat-kamit.
Memang diakui di beberapa negara sulih bahasa
film asing sudah dilakukan dengan baik. Selain itu film dengan bahasa aslinya
juga masih tersedia di pasaran. Beberapa tahun lalu saya sempat menonton film
berdasarkan karya Shakespeare di Paris, dalam bahasa aslinya dengan teks
terjemahan Perancis. Sebagai orang yang buta bahasa Perancis, saya belajar
beberapa kata Perancis dari menonton film itu.
Ada beberapa hal yang menyangkut film dan
pendidikan yang perlu diperhatikan dalam kewajiban menyulih-bahasakan semua
film asing. Pertama, film sebagai karya multi media dan karya seni berbicara
melalui gambar, suara dan bahasa. Tiga unsur itu saling menunjang dan mutu
serta keindahan karya film itu dapat rusak kalau salah satu unsurnya terganggu.
Tidak percaya? Secara sederhana pernah anda menonton film yang dikenal bermutu
bagus di gedung bioskop kelas kambing dengan kualitas proyektor rendah, sistem
akustik gedung tak memadai juga pengeras suara semutu pengeras suara rapat
umum, yang tersaji adalah pertunjukan yang menyakitkan, bukan saja bagi mata
tetapi juga telinga dan hati kita. Dialog (bahkan dalam film Indonesia) tak
terdengar jelas meski pengeras suara berbunyi keras. Menonton film asing dengan
teks terjemahan dalam kondisi seperti ini bak membaca buku di tengah
kebisingan.
Bahasa dalam sebuah film yang bagus
bukan sekedar unsure tempelan. Saya tidak bias membayangkan harus menikmati
sebuah film karya Kurozawa dengan sulih bahasa apa saja. Cara pemain pria dan
wanita Jepang dalam mengungkapkan perannya melalui bahasa mempunyai warna
khusus. Keindahan bahasa film itu membawa nilai tersendiri. Demikian juga
film-film berbahasa Perancis, Arab, Jerman, bahkan daalam bahasa-bahasa yang
jarang sekali kita dengar.
Karena itu, saya menaruh hormat pada TPI
yang sering menyiarkan filmfilm berbahasa Arab dengan versi aslinya. Jiwa
budaya yang dihembuskan melalui bahasa itu memberikan nikmat tersendiri bagi
pecinta film yang tidak sekedar mengejar makna, tetapi juga keindahan budaya.
Dalam hubungan ini, mungkin perlu dipertimbangkan usul yang sudah dikemukakan
tadi, bahwa sebaiknya film yang disulihbahasakan hanya film-film ‘kodian’
semacam telenovela.
Disadari atau tidak, sebuah film adalah
sumber pelajaran. Kita tidak saja memperoleh pengetahuan dari sebuah film,
tetapi juga memahami lebih jauh budaya, tata cara, adapt kebiasaan sebuah
masyarakat yang jauh dari masyarakat kita. Film dalam bahasa aslinya dapat pula
dipakai sebagai sumber pelajaran bahasa. Kita bisa belajar bahasabahasa asing,
Arab, Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman, melalui film-film asing yang baik.
Sebuah bahasa Mandarin ditolak untuk
dipakai dalam sebuah film yang diputar di TV harus kita terima sebagai
keputusan politik. Penguasaan bahasa asing bukan saja dipakai untuk sarana
meningkatkan pelayanan bidang pariwisata yang sedang kita galakkan. Soal
tuduhan bahasa asing dapat merusak penggunaan bahasa Indonesia, barangkali
tidak sepenuhnya benar. Mereka yang benar-benar menguasai bahasa asing biasanya
juga dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dan alas an bahwa sulih bahasa bertujuan
memasyaraaaakatkan bahasa Indonesia mungkin tidak terlalu tepat. Banyak
forum-forum lain untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan sulih bahasa dengan
kualitas tak terjamin justru akan mengobrak-abrik tatanan bahasa kita.
2.1.5.
Karangan
Persuasi (pengajakan)
Dalam bahasa Inggris kata to persuade
berarti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’ yang
kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia: persuasi. Karangan persuasi
adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk
akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian
umum, suatu pendapat/ gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan
persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa
sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Di Samping itu, dalam
menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh
kuat terhadap emosi atau perasan orang lain.
Contoh 1:
PALMER DAN ROLEX, HAKIKAT DARI SUKSES
Arnold Palmer dewasa ini menggebrak
dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh
keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan perhitungan
yang matang.
Palmer melibatkan diri dalam belasan
kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk
berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.
Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling
penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf.The Chung Shan
yang menjadi padang golf pertama di Cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu
contoh yang luar biasa.Di samping itu, nama Arnold Palmer ada pada pakaian
golf,golf club, jasa carter angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak
lagi.
Di balik keramahansenyum yang telah
menjadikannya tokoh televisi, Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang
selalu memberikan perhatian sampai ke detail. Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan
di padang golfyang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang
dihadapinya.
Menjaga ketepatan waktu jelas merupakan
tugas yang amat penting.Ia mempercayakannya pada jam tangan emas Rolex Oyster
Day-Date. Bagisaya golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama
kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex menjalankan tugasnyadengan
sempurna!” Suatu pujian berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan
waktu.
Contoh 2:
Ranjang
Lipat Alfa BG – 300
Ranjang
lipat yang praktis tersebut mudah dibuka serta disetel posisi sandarannya,
untuk pertama kalinya dibuat oleh Perusahaan Kayu “Kapuran”. Ranjang tersebut
sekarang ini telah beredar di pasaran Jakarta dan beberapa daerah lain di
Indonesia.
Konstruksi ranjang ini menurut pimpinan
perusahan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga per bajanya tidak berubah
daya pegasnya untuk beberapa tahun lamanya. Demikian pula untuk anyaman
kawatnya terdiri dari kawat dengan ukuran lebih besar, sehingga lingkaran
pengaitnya tidak berubah. Alas kaki dilengkapi karet alam, sehingga
letaknya selalu mantap dan tidak mudah
bergerak. Sedangkan pada kaki bagian tengah dilengkapi empat buah roda, agar
mudah dipindahkan ke tempat mana yang diinginkan.
Lebih jauh dikatakan, ranjang tersebut
sangat cocok untuk dipakai di hotel-hotel bertaraf internasional, rumah-rumah
sakit, kantor-kantor atau proyek-proyek, sebagai ekstra bed. Juga di
asrama-asrama ia dapat bertindak sebagai ranjang tambahan.
Sebab ranjang ini dirancang khusus, maka
dapat pula dipakai di kamar yang sempit, di ruang tamu atau untuk membaca dan
menonton televisi. Juga ranjang ini dapat digunakan di taman atau halaman rumah
untuk melepaskan lelah.
Spesifikasi ranjang ini, demikian
ungkapnya, terdiri dari pipa staal khusus ukuran 7/8 inc, ¾ inc, 5/8 inc x 1,2
MM (standar alfa), berat net 20 kg, kwalitas cat metalic duco spesial serta
tebal kasur 12 cm.
Ditandaskan, bersama ranjang tersebut
disediakan pula kasur anti panas, karena kasur ini terdiri dari lapisan: kain
pembungkus, lalu kapuk alam, kemudian kain laken, kain pemisah, kemudian lagi
karet busa/ foam, dan ditutup kembali dengan kain pembungkus. Dengan
bahan-bahan tersebut, tambahnya, maka kasur produksi kami tidak terlalu panas
jika digunakan, dibandingkan kasur lain yang semata-mata terdiri dari karet
busa, katanya.
Catatan:
Walaupun struktur wacana persuasi
kadang-kadang sama ataupun mempunyai kesamaan dengan wacana argumentasi, tetapi
diksinya berbeda. Diksi wacana argumentasi mencari efek tanggapan penalaran,
sedangkan diksi wacana persuasi mencari efek tanggapan emosional. Tidak jarang
pula wacana persuasi adalah suatu bentuk eksposisi yang dikawinkan dengan
deskripsi tetapi mempunyai tujuan tertentu, yakni menggoda pembaca untuk
melakukan sesuatu atau mengarahkan pembaca kepada sesuatu sikap tertentu.
Misalnya, membeli sesuatu barang atau merencanakan membeli sesuatu barang jika
pada waktu membaca wacana persuasi tersebut belum atau tidak mempunyai uang.
Selain
merupakan karangan yang murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering
ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan
eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana
yang lain sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi dalam karangan
eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh karangan
berikut ini.
Narasi
Sejak berpulangnya almarhum suami saya
antara lain karena kegemukan, saya mengintrospeksi diri dan ada rasa takut
berat badan makin bertambah walau saya bukan termasuk orang yang suka makan.
Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil, hingga pada
akhirnya saya membaca iklan Impression di harian Kompas, Minggu 7 November
1993. Saya seperti mendapat firasat inilah program yang tepat bagi saya.
Dalam waktu kurang dari sebulan, berat
badan saya telah berkurang lima kilogram, dan waktu hal ini saya kabarkan pada
putrid saya, Maya, yang sekolah di New York, anak saya mengatakan”Ya, program
itulah ang saya maksudkan, Mama. Di sini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut
program tersebut yang berhasil.
Persuasi
Selama mengikuti Program Impression,
saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntuikan, tidak
ada efek sampingan, sangat mudah dan menyenangkan.
Bagi saya, saat ini terasa begitu ceria,
muka berseri, tubuh enteng, dan bajubaju lama dapat dipakai kembali, dan banyak
teman-teman yang jadi pangling akan penampilan saya.
Tetapi penampilan bukan tujuan utama
saya dalam usia hamper setengah abad ini. Program Impression ternyata
memulihkan kesehatan saya, tekanan darah menjadi normal kembali rata-rata
120-180, kadar gula dan koleterol normal, pokoknya semua terasa segar dan
ringan.
Narasi
Nyonya Lucia Sutanto, seorang figure
tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses, pendiri dan Ketua Yayasan Santa
Lucia yang tidak asing lagi bagi masyarakat ibukota adalah ibu dari tiga orang
putra-putri, pembimbing sekitar sepuluh ribu siswa dari bi,bingan belajar,
pendidikan computer dan akutansi, bahasa Inggris, sekretaris, dan program
pendidikan Magister Managemen, mendapatkan predikan sebagai “KHARISMA PUTRI
KEBAYA KARTINI” 94, dan “CITRA EKSEKUTIF INDONESIA 1994” setelah mengikuti
program impression.
Dalam praktiknya, karangan murni yang
dapat berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi,
dan persuasi. Sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk
melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang berdiri
sendiri adalah hikayat atau kisah. Contoh karangan eksposisi yang berdiri
sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh
karangan eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau
lembar promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.
Kombinasi
Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi
atau eksposisi itu sering ditunjang oleh deskripsi sehingga wujud karangan
ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis karangan. Kondisi ini
dapat diterima asalkan penulisnya memperhatikan keharusan adanya porsi yang
lebih besar yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan
kesimpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan (narasi, eksposisi, dan
persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh dan berdiri sendiri.
Dua jenis yang lainnya (deskripsi dan argumentasi) jarang tampil sebagai
karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangan
lain. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan
deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian memadukan beberapa jenis
karangan tentu tidak diperoleh dengan gampang. Latihan yang intensif dan terus
menerus merupakan syarat mutlak. Satu hal lagi pedoman yang perlu diikuti oleh
calon penulis adalah keharusan mengetahui ciri setiap jenis karangan sebelum
mencoba mengkombinasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
![]() |
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.